pelajaran ke delapan...
Penolong نَاصِرٌ (naashirun)
Kalimat كَلِمَة ٌ (kalimatun)
Huruf حَرْفٌ (harfun)
Ini هَذَا (haadza)
Orang yang berilmu اَلْعَالِمُ (al-'aalimu)
Guru اَلْمُدَرِّسُ (al-mudarrisu)
Yang diciptakan مَخْلُوْقٌ (makhluuqun)
Surat سُوْرَةٌ (suurotun)
Pendusta مُكَذِّبٌ (mukadzdzibunbun)
Rumah اَلْبَيْتُ (al-baitu)
Nabi اَلنَّبِيُّ (annabiyyu)
Orang fakir اَلْفَقِيْرُ (al-faqiiru)
Tambahan زِيَادَةٌ (ziyaadatu)
Orang yang bersyukur الشَّاكِرُ (assyaakiru)
Yang diajak berbicara مُخَاطَبٌ (mukhoothobu)
Perempuan اِمْرَأَةٌ (imroatun)
Surga اَلْجَنَّةُ (al-jannatu)
Pintu اَلْبَابُ (al-baabu)
Laki-laki اَلرَّجُلُ (arrojulu)
Rabu, 14 Oktober 2009
NAHWU
pelajaran ke tujuh...
Pembahasan mengenai isim mufrod, mutsanna dan jama’
A. Isim mufrod
Adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang satu atau kata tunggal
Contoh :
مُؤْمِنٌ (mu’minun) = seorang lmukmin
مُؤْمِنَةٌ(mu’minatun) = seorang mukminah
B. Mutsanna
Adalah isim yang menunjukkan bilangan dua atau dobel.
Contoh :
مُؤْْمِنَانِ/ مُؤْْمِنَيْنِ (mu’minaani/mu’minaini) = dua orang mukmin
مُؤْمِنَتَانِ/ مُؤْمِنَتَيْن(mu’minataani/mu’minataini) =dua orang mukminah
Dari contoh di atas, untuk mengubah isim mufrod menjadi isim mutsanna adalah dengan cara menambahkan huruf ا + ن (alif dan nun) atau ي + ن (ya dan nun).
(mu’minaani) مُؤْمِنٌ + ا + ن = مُؤْْمِنَانِ
(mu’minataani) مُؤْمِنَةٌ + ا + ن = مُؤْمِنَتَانِ
(mu’minaini) مُؤْمِنٌ + ي + ن = مُؤْْمِنَيْنِ
(mu’minataini) مُؤْمِنَةٌ + ي + ن = مُؤْمِنَتَيْن
C. Jamak
Adalah isim yang menunjukkan bilangan lebih dari 2 atau banyak.
Jamak terbagi menjadi tiga, ada yang disebut dengan jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim dan jamak taksir.
- Jamak mudzakkar salim
Jamak yang menunjukkan laki-laki yang dibuat dengan cara menambahkan huruf و (wau) + ن (nun) atau ي (ya) + ن (nun) pada isim mufrodnya.
Contoh:
كَافِرٌ (kaafirun) menjadi كَافِرُوْنَ/كَافِرِيْنَ (kaafiruuna/kaafiriina) =orang-orang kafir
- Jamak muannats salim
Jamak yang menunjukkan perempuan yang dibuat dengan cara menambahkan huruf ا (alif) + ت (ta) pada akhir isim mufrodnya.
Contoh :
مُدَرِّسَةٌ (mudarrisatun) menjadi مَدَرِّسَاتٌ (mudarrisaatun) = guru-guru perempuan
- Jamak taksir
Jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya. Dalam jamak ini, tidak ada kaidah untuk membuat jamak taksir seperti jamak mudzakkar atau muannats salim. Sehingga untuk mengetahuinya dengan menggunakan kamus atau banyaknya membaca dan menelaah kitab.
Contoh :
قَلْبٌ (qolbun) menjadi قُلُُوْبٌ (quluubun) = hati
رَسُوْلٌ (rosuulun) menjadi رُسُلٌ (rusulun) = rosul
عَالِمٌ (‘aalimun) menjadi عُلَمَاءُ (‘ulamaa u) = orang yang berilmu
Catatan:
Suatu isim mufrod hanya mempunyai salah satu bentuk jamak, entah itu jamak mudzakkar saja, jamak muannats saja atau jamak taksir saja, dan sangat jarang ditemukan suatu isim mufrod yang mempunyai dua bentuk jamak, walaupun ada isim mufrod yang mempunyai dua isim jamak sekaligus, seperti kata ناصر (naashirun)=orang yang menolong.
ناصر (naashirun) menjadi ناصرون (naashiruuna) = jamak mudzakkar salim
ناصر (naashirun) menjad أنصار (anshoorun) = jamak taksir
Soal latihan
Buatlah isim mutsanna dan jamak dari isim mufrod berikut!
كَلِمَة ٌ (kalimatun) = kata
عَائِسِةُ ('aaisyatun) = aisyah
مَخْلُوْقَةٌ (makhluuqun) = makhluk
اَلرَّجُلُ (arrojulu) = laki-laki
اَلْفَقِيْرُ (alfaqiiru) = fakir
Pembahasan mengenai isim mufrod, mutsanna dan jama’
A. Isim mufrod
Adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang satu atau kata tunggal
Contoh :
مُؤْمِنٌ (mu’minun) = seorang lmukmin
مُؤْمِنَةٌ(mu’minatun) = seorang mukminah
B. Mutsanna
Adalah isim yang menunjukkan bilangan dua atau dobel.
Contoh :
مُؤْْمِنَانِ/ مُؤْْمِنَيْنِ (mu’minaani/mu’minaini) = dua orang mukmin
مُؤْمِنَتَانِ/ مُؤْمِنَتَيْن(mu’minataani/mu’minataini) =dua orang mukminah
Dari contoh di atas, untuk mengubah isim mufrod menjadi isim mutsanna adalah dengan cara menambahkan huruf ا + ن (alif dan nun) atau ي + ن (ya dan nun).
(mu’minaani) مُؤْمِنٌ + ا + ن = مُؤْْمِنَانِ
(mu’minataani) مُؤْمِنَةٌ + ا + ن = مُؤْمِنَتَانِ
(mu’minaini) مُؤْمِنٌ + ي + ن = مُؤْْمِنَيْنِ
(mu’minataini) مُؤْمِنَةٌ + ي + ن = مُؤْمِنَتَيْن
C. Jamak
Adalah isim yang menunjukkan bilangan lebih dari 2 atau banyak.
Jamak terbagi menjadi tiga, ada yang disebut dengan jamak mudzakkar salim, jamak muannats salim dan jamak taksir.
- Jamak mudzakkar salim
Jamak yang menunjukkan laki-laki yang dibuat dengan cara menambahkan huruf و (wau) + ن (nun) atau ي (ya) + ن (nun) pada isim mufrodnya.
Contoh:
كَافِرٌ (kaafirun) menjadi كَافِرُوْنَ/كَافِرِيْنَ (kaafiruuna/kaafiriina) =orang-orang kafir
- Jamak muannats salim
Jamak yang menunjukkan perempuan yang dibuat dengan cara menambahkan huruf ا (alif) + ت (ta) pada akhir isim mufrodnya.
Contoh :
مُدَرِّسَةٌ (mudarrisatun) menjadi مَدَرِّسَاتٌ (mudarrisaatun) = guru-guru perempuan
- Jamak taksir
Jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya. Dalam jamak ini, tidak ada kaidah untuk membuat jamak taksir seperti jamak mudzakkar atau muannats salim. Sehingga untuk mengetahuinya dengan menggunakan kamus atau banyaknya membaca dan menelaah kitab.
Contoh :
قَلْبٌ (qolbun) menjadi قُلُُوْبٌ (quluubun) = hati
رَسُوْلٌ (rosuulun) menjadi رُسُلٌ (rusulun) = rosul
عَالِمٌ (‘aalimun) menjadi عُلَمَاءُ (‘ulamaa u) = orang yang berilmu
Catatan:
Suatu isim mufrod hanya mempunyai salah satu bentuk jamak, entah itu jamak mudzakkar saja, jamak muannats saja atau jamak taksir saja, dan sangat jarang ditemukan suatu isim mufrod yang mempunyai dua bentuk jamak, walaupun ada isim mufrod yang mempunyai dua isim jamak sekaligus, seperti kata ناصر (naashirun)=orang yang menolong.
ناصر (naashirun) menjadi ناصرون (naashiruuna) = jamak mudzakkar salim
ناصر (naashirun) menjad أنصار (anshoorun) = jamak taksir
Soal latihan
Buatlah isim mutsanna dan jamak dari isim mufrod berikut!
كَلِمَة ٌ (kalimatun) = kata
عَائِسِةُ ('aaisyatun) = aisyah
مَخْلُوْقَةٌ (makhluuqun) = makhluk
اَلرَّجُلُ (arrojulu) = laki-laki
اَلْفَقِيْرُ (alfaqiiru) = fakir
NAHWU
pelajaran keenam...
Pembahasan mengenai isim mudzakkar (مذكر) dan muannats (مؤنث)
1. Isim mudzakkar adalah isim yang menunjukkan laki-laki.
Isim mudzakkar terbagi dua
- Mudzakkar haqiqi (مذكر حقيقي) yakni mudzakkar yang menunjukkan manusia dan hewan.
Contoh :
أَبٌ (abun) = bapak
أَسَدٌ (asadun) = singa
- Mudzakkar majazi (مذكر مجازي) yakni mudzakkar yang tidak menunjukkan manusia dan hewan.
Contoh :
بَيْتٌ (baitun) = rumah
إِنَاءٌ (inaaun) = bejana
2. Isim muannats adalah isim yang menunjukkan perempuan.
Isim muannats juga terbagi dua :
- Muannats haqiqi
Contoh :
أُمٌ (ummun) = ibu
أَتَانٌ (ataanun) = keledai
- Muannats majazi
Contoh :
شَمْسٌ (syamsun) = matahari
سَمَاءٌ(samaaun) = langit
Untuk memudahkan di dalam membedakan antara mudzakkar dan muannast, berikut disertakan macam-macam muannats.
a. Nama dan panggilan perempuan.
Contoh :
خَدِيْجَةُ ( khodiijatun) = khodijah
زَيْنَبُ(zainabu) = zainab
b. Nama Negara dan kota.
contoh :
مِصْرَ (misro) = mesir
جُوْجَاكَرْتَا(juujaakartaa) = Jogjakarta
c. Nama anggota tubuh yang berpasangan.
Contoh :
عَيْنٌ (‘ainun) = mata
يَدٌ(yadun) = tangan
d. Sifat kewanitaan.
Contoh :
مرضع (murdi’un) = perempuan yang menyusui
حامل (haamilun) = hamil
e. Ada ta marbuthoh (ة) di akhir kata, selain nama laki-laki
Contoh :
مسلمة (muslimatun) = muslimah
صابرة (shoobirotun) = perempuan yang sabar
Catatan:
1. Ada banyak sekali isim yang tidak mempunyai tanda muannats namun termasuk isim muannats.
Contoh :
جهنم (jahannamun) = neraka jahannam
أرض (ardhun) = bumi
نار (naarun) = api
Sehingga ketika tidak ada tanda-tandanya, untuk mengetahui apakah suatu isim termasuk muannats atau mudzakkar, biasanya merujuk kepada kamus, banyak menelaah kitab atau sering berinteraksi dengan orang arab.
2. Ada isim yang mempunyai tanda muannats namun termasuk mudzakkar.
Contoh :
معاوية (muaawiyah)
حمزة (hamzah)
طلحة (tholhah)
soal latihan :tentukan manakah yg termasuk muannats dan mudzakkar
نَاصِرٌ (naashirun) = orang yg menolong
كَلِمَة ٌ (kalmatun) = kata
عَائِسِةُ ('aaisyatun) = aisyah
مَخْلُوْقَةٌ (makhluuqun) = makhluk
اَلرَّجُلُ (arrojulu) = laki-laki
اَلْفَقِيْرُ (alfaqiiru) = fakir
Pembahasan mengenai isim mudzakkar (مذكر) dan muannats (مؤنث)
1. Isim mudzakkar adalah isim yang menunjukkan laki-laki.
Isim mudzakkar terbagi dua
- Mudzakkar haqiqi (مذكر حقيقي) yakni mudzakkar yang menunjukkan manusia dan hewan.
Contoh :
أَبٌ (abun) = bapak
أَسَدٌ (asadun) = singa
- Mudzakkar majazi (مذكر مجازي) yakni mudzakkar yang tidak menunjukkan manusia dan hewan.
Contoh :
بَيْتٌ (baitun) = rumah
إِنَاءٌ (inaaun) = bejana
2. Isim muannats adalah isim yang menunjukkan perempuan.
Isim muannats juga terbagi dua :
- Muannats haqiqi
Contoh :
أُمٌ (ummun) = ibu
أَتَانٌ (ataanun) = keledai
- Muannats majazi
Contoh :
شَمْسٌ (syamsun) = matahari
سَمَاءٌ(samaaun) = langit
Untuk memudahkan di dalam membedakan antara mudzakkar dan muannast, berikut disertakan macam-macam muannats.
a. Nama dan panggilan perempuan.
Contoh :
خَدِيْجَةُ ( khodiijatun) = khodijah
زَيْنَبُ(zainabu) = zainab
b. Nama Negara dan kota.
contoh :
مِصْرَ (misro) = mesir
جُوْجَاكَرْتَا(juujaakartaa) = Jogjakarta
c. Nama anggota tubuh yang berpasangan.
Contoh :
عَيْنٌ (‘ainun) = mata
يَدٌ(yadun) = tangan
d. Sifat kewanitaan.
Contoh :
مرضع (murdi’un) = perempuan yang menyusui
حامل (haamilun) = hamil
e. Ada ta marbuthoh (ة) di akhir kata, selain nama laki-laki
Contoh :
مسلمة (muslimatun) = muslimah
صابرة (shoobirotun) = perempuan yang sabar
Catatan:
1. Ada banyak sekali isim yang tidak mempunyai tanda muannats namun termasuk isim muannats.
Contoh :
جهنم (jahannamun) = neraka jahannam
أرض (ardhun) = bumi
نار (naarun) = api
Sehingga ketika tidak ada tanda-tandanya, untuk mengetahui apakah suatu isim termasuk muannats atau mudzakkar, biasanya merujuk kepada kamus, banyak menelaah kitab atau sering berinteraksi dengan orang arab.
2. Ada isim yang mempunyai tanda muannats namun termasuk mudzakkar.
Contoh :
معاوية (muaawiyah)
حمزة (hamzah)
طلحة (tholhah)
soal latihan :tentukan manakah yg termasuk muannats dan mudzakkar
نَاصِرٌ (naashirun) = orang yg menolong
كَلِمَة ٌ (kalmatun) = kata
عَائِسِةُ ('aaisyatun) = aisyah
مَخْلُوْقَةٌ (makhluuqun) = makhluk
اَلرَّجُلُ (arrojulu) = laki-laki
اَلْفَقِيْرُ (alfaqiiru) = fakir
NAHWU
pelajaran kelima....
Pembahasan mengenai jumlah
Jumlah dalam bahasa arab berarti "kalimat" di dalam bahasa Indonesia, yakni kalimat yang mempunyai faidah sempurna.
Contoh :
آمَنْتُ بِاللهِ (aamantu billah) = Aku beriman kepada Allah
أَعْطَي مُحَمَّداً لَبَننًا (a’tho muhammadan labanan) = Aku memberi Muhammad susu
Sehingga dari kalimat di atas, yang mempunyai predikat dan objek disebut juga dengan jumlah mufidah (جملة مفيدة)atau kalimat sempurna.
Jumlah mufidah atau kalimat sempurna di dalam bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah
1. Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang awal katanya berupa isim.
Contoh :
مُحَمَّدٌ نَبِيٌٌّ (muhammadun nabiyyun) = Muhammad adalah seorang nabi
اَلأُسْتَاذُُ مَرِيْضٌ (al-ustaadzu mariidhun) = ustadz itu sakit
2. Jumlah fi’liyyah adalah jumlah yang awal katanya adalah fi’il
Contoh :
جَاءَ مُحَمَّدٌ (jaa a muhammadun) = Muhammad telah datang
رَجَعَ الأُسْتَاذُُ(roja’al ustaadzu) = ustadz telah kembali
Ada jumlah yang sempurna, mengindikasikan adanya jumlah yang tidak sempurna , yang biasa disebut dengan sibhul jumlah (شبح الجملة).
Sibhul jumlah merupakan susunan kata yang menyerupai jumlah atau bisa disebut juga kalimat tak sempurna. Sibhul jumlah terdiri dari dua macam, yaitu jer wa majrur dan dzorof wa mudhof ilaih
1. جَارٌ وَ مَجْرُوْرٌ (jaarun wa majruurun)
Adalah susunan kata yang terdiri dari huruf jer dan isim
Contoh :
عَلَى السَّمَاءِ (‘alassamaai) = di atas langit
مِنَ اللهِ(minallahi) = dari Allah
فِي السُّوْقِ(fissuuqi) = di dalam pasar
2. ظَرْفٌ وَ مُضَافٌ إِلَيْهِ (dzorof wa mudhoofun ilaihi)
Adalah susunan kata yang terdiri dari kata keterangan berupa waktu atau tempat dan isim
Contoh :
أمَامَ المَنْزِلِ (amaamal manzili) = di depan rumah
فَوْقَ البَيْتِ(fauqol baiti) = di atas rumah
وَرَاءَ المَسْجِدِ(warooal masjidi) = di belakang masjid
Pemahaman terhadap jumlah, memberi bekal kepada kita di dalam mengetahui makna suatu ayat atau hadist. Karena perlu diketahui, perubahan kata, harokat, letak dan posisi kata dalam jumlah sangat mempengaruhi dalam pengartian dan pemaknaan suatu ayat. Salah dalam penempatan kata, salah pula maksud yang diinginkannya.
Sebagai contoh adalah apa yang ada di dalam al-qur’an surat al-a’rof : 180
وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى (walillahil asmaa’ul husna)
Jika kita artikan secara per kata, maka artinya adalah “dan kepunyaan Allah nama-nama yang indah”.
Akan tetapi, jika kita memahami ayat di atas dengan kaidah-kaidah bahasa arab yang benar, kita dapat mengetahui bahwa ada yang kurang di dalam pengartian tersebut, dimana pengartian yang benar adalah “dan hanya kepunyaan Allah lah nama-nama yang indah”.
Perbedaannya ada pada kata “hanya”. Namun ini sangat fatal, jika dikatakan sesuai dengan pengartian yang pertama, bisa mengindikasikan adanya makhluk lain yang nama-namanya indah seperti nama Allah ta’ala, yang berarti mensejajarkan Allah dengan makhluknya di dalam nama yang indah.
Padahal maksud ayat ini tidak demikian, dimana hanya Allah lah yang mempunyai nama-nama yang indah, dan tidak ada yang menandingi bahkan sejajar dengan Allah walaupun dalam hal nama.
Sehingga dari hal ini, kita bisa mengambil pelajaran, jangan sekali-kali menggunakan nama yang khusus untuk Allah sebagai nama untuk anak-anak kita bahkan untuk hewan-hewan peliharaan kita, karena hal tersebut bisa termasuk penghinaan terhadap Allah ta’ala.
............
Contoh yang lain adalah kisah yang diutarakan oleh bapak ilmu nahwu pertama, Abul Aswad Adduali, dimana ketika ia sedang berjalan-jalan dengan anaknya di malam hari, sang anak terlihat menghadapkan wajahnya kelangit seraya berkata :
مَا اَحْسَنُ السَّمَاءِِ (maa ahsanus samaa’I ??) = apa yang bagus dilangit ??
Maka sang ayah pun menjawab:
نجومها (nujuumuha) = bintang-bintangnya
Mendengar jawaban itu, sang anak menyanggah dengan mengatakan “aku tidak bermaksud bertanya, melainkan menunjukkan kekaguman”.
Lalu sang ayah berkata “klo begitu ucapkanlah
مَا اَحْسَنَ السَّمَاءَ (maa ahsanas samaa’i) = betapa indahnya langit-langit
Dari kedua contoh ini, sangat jelaslah manfaat kita mengetahui berbagai kaidah di dalam bahasa arab salah satunya dalam pembahasan jumlah. Adapun untuk pembahasan mengenai alasan pengartian dan pembacaan dari kedua contoh di atas, insyaAllah pada pembelajaran selanjutnya.
Soal latihan, tentukan jenis jumlah mufidah dari kalimat berikut
1. كُلُّهُمْ فِيْ النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً. (kullukum finnaari illa millatan waa hidatan)
"semuanya masuk neraka kecuali satu golongan (yakni, alhussunnah wal jama'ah)"
2. لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ. (laa tazaalu thooifatun min ummati dzoohiriina 'alal haqqi)
"akan senantiasa ada dari umatku yang selalu menampakkan kebenaran"
3. تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا. (ta'rujul malaaikatu warruuhu fiihaa)
"malaikat dan ruh naik kepadanya"
4. يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ. (yursalu alaikuma syuwaadzun minnaari)
"keduanya ditimpa panas dari neraka"
5. وَأَوْصَانِيْ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَوةِ مَادُمْـتُ حَيًّا. (wa awshhoonio bissholaati wazzakaati maa dumtu hayyan)
6. لَا يَزْنِيْ الزَّانِيْ حِيْنَ يَزْنِيْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ. (laa yaznizzaani hiina yazni wa huwa muminum)
7. اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. (assalamu'alaikum ahladdiyaar minal muminiina)
8. هَذَا الْيَوْمُ يَوْمُ الْأَحَدِ (haadzal yaumu yaumul ahadi)
Pembahasan mengenai jumlah
Jumlah dalam bahasa arab berarti "kalimat" di dalam bahasa Indonesia, yakni kalimat yang mempunyai faidah sempurna.
Contoh :
آمَنْتُ بِاللهِ (aamantu billah) = Aku beriman kepada Allah
أَعْطَي مُحَمَّداً لَبَننًا (a’tho muhammadan labanan) = Aku memberi Muhammad susu
Sehingga dari kalimat di atas, yang mempunyai predikat dan objek disebut juga dengan jumlah mufidah (جملة مفيدة)atau kalimat sempurna.
Jumlah mufidah atau kalimat sempurna di dalam bahasa arab terbagi menjadi dua, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah
1. Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang awal katanya berupa isim.
Contoh :
مُحَمَّدٌ نَبِيٌٌّ (muhammadun nabiyyun) = Muhammad adalah seorang nabi
اَلأُسْتَاذُُ مَرِيْضٌ (al-ustaadzu mariidhun) = ustadz itu sakit
2. Jumlah fi’liyyah adalah jumlah yang awal katanya adalah fi’il
Contoh :
جَاءَ مُحَمَّدٌ (jaa a muhammadun) = Muhammad telah datang
رَجَعَ الأُسْتَاذُُ(roja’al ustaadzu) = ustadz telah kembali
Ada jumlah yang sempurna, mengindikasikan adanya jumlah yang tidak sempurna , yang biasa disebut dengan sibhul jumlah (شبح الجملة).
Sibhul jumlah merupakan susunan kata yang menyerupai jumlah atau bisa disebut juga kalimat tak sempurna. Sibhul jumlah terdiri dari dua macam, yaitu jer wa majrur dan dzorof wa mudhof ilaih
1. جَارٌ وَ مَجْرُوْرٌ (jaarun wa majruurun)
Adalah susunan kata yang terdiri dari huruf jer dan isim
Contoh :
عَلَى السَّمَاءِ (‘alassamaai) = di atas langit
مِنَ اللهِ(minallahi) = dari Allah
فِي السُّوْقِ(fissuuqi) = di dalam pasar
2. ظَرْفٌ وَ مُضَافٌ إِلَيْهِ (dzorof wa mudhoofun ilaihi)
Adalah susunan kata yang terdiri dari kata keterangan berupa waktu atau tempat dan isim
Contoh :
أمَامَ المَنْزِلِ (amaamal manzili) = di depan rumah
فَوْقَ البَيْتِ(fauqol baiti) = di atas rumah
وَرَاءَ المَسْجِدِ(warooal masjidi) = di belakang masjid
Pemahaman terhadap jumlah, memberi bekal kepada kita di dalam mengetahui makna suatu ayat atau hadist. Karena perlu diketahui, perubahan kata, harokat, letak dan posisi kata dalam jumlah sangat mempengaruhi dalam pengartian dan pemaknaan suatu ayat. Salah dalam penempatan kata, salah pula maksud yang diinginkannya.
Sebagai contoh adalah apa yang ada di dalam al-qur’an surat al-a’rof : 180
وَللهِ اْلأَسْمَآءُ الْحُسْنَى (walillahil asmaa’ul husna)
Jika kita artikan secara per kata, maka artinya adalah “dan kepunyaan Allah nama-nama yang indah”.
Akan tetapi, jika kita memahami ayat di atas dengan kaidah-kaidah bahasa arab yang benar, kita dapat mengetahui bahwa ada yang kurang di dalam pengartian tersebut, dimana pengartian yang benar adalah “dan hanya kepunyaan Allah lah nama-nama yang indah”.
Perbedaannya ada pada kata “hanya”. Namun ini sangat fatal, jika dikatakan sesuai dengan pengartian yang pertama, bisa mengindikasikan adanya makhluk lain yang nama-namanya indah seperti nama Allah ta’ala, yang berarti mensejajarkan Allah dengan makhluknya di dalam nama yang indah.
Padahal maksud ayat ini tidak demikian, dimana hanya Allah lah yang mempunyai nama-nama yang indah, dan tidak ada yang menandingi bahkan sejajar dengan Allah walaupun dalam hal nama.
Sehingga dari hal ini, kita bisa mengambil pelajaran, jangan sekali-kali menggunakan nama yang khusus untuk Allah sebagai nama untuk anak-anak kita bahkan untuk hewan-hewan peliharaan kita, karena hal tersebut bisa termasuk penghinaan terhadap Allah ta’ala.
............
Contoh yang lain adalah kisah yang diutarakan oleh bapak ilmu nahwu pertama, Abul Aswad Adduali, dimana ketika ia sedang berjalan-jalan dengan anaknya di malam hari, sang anak terlihat menghadapkan wajahnya kelangit seraya berkata :
مَا اَحْسَنُ السَّمَاءِِ (maa ahsanus samaa’I ??) = apa yang bagus dilangit ??
Maka sang ayah pun menjawab:
نجومها (nujuumuha) = bintang-bintangnya
Mendengar jawaban itu, sang anak menyanggah dengan mengatakan “aku tidak bermaksud bertanya, melainkan menunjukkan kekaguman”.
Lalu sang ayah berkata “klo begitu ucapkanlah
مَا اَحْسَنَ السَّمَاءَ (maa ahsanas samaa’i) = betapa indahnya langit-langit
Dari kedua contoh ini, sangat jelaslah manfaat kita mengetahui berbagai kaidah di dalam bahasa arab salah satunya dalam pembahasan jumlah. Adapun untuk pembahasan mengenai alasan pengartian dan pembacaan dari kedua contoh di atas, insyaAllah pada pembelajaran selanjutnya.
Soal latihan, tentukan jenis jumlah mufidah dari kalimat berikut
1. كُلُّهُمْ فِيْ النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً. (kullukum finnaari illa millatan waa hidatan)
"semuanya masuk neraka kecuali satu golongan (yakni, alhussunnah wal jama'ah)"
2. لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ. (laa tazaalu thooifatun min ummati dzoohiriina 'alal haqqi)
"akan senantiasa ada dari umatku yang selalu menampakkan kebenaran"
3. تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا. (ta'rujul malaaikatu warruuhu fiihaa)
"malaikat dan ruh naik kepadanya"
4. يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ. (yursalu alaikuma syuwaadzun minnaari)
"keduanya ditimpa panas dari neraka"
5. وَأَوْصَانِيْ بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَوةِ مَادُمْـتُ حَيًّا. (wa awshhoonio bissholaati wazzakaati maa dumtu hayyan)
6. لَا يَزْنِيْ الزَّانِيْ حِيْنَ يَزْنِيْ وَهُوَ مُؤْمِنٌ. (laa yaznizzaani hiina yazni wa huwa muminum)
7. اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ. (assalamu'alaikum ahladdiyaar minal muminiina)
8. هَذَا الْيَوْمُ يَوْمُ الْأَحَدِ (haadzal yaumu yaumul ahadi)
NAHWU
pelajaran keempat....
Pembahasan mengenai huruf beserta jenis-jenisnya dan isim dhomir
Al-harfu (huruf) adalah kata yang mempunyai makna jika bergandengan dengan kata yang lainnya.
Contoh :
Kata مِنْ (dari) tidak akan bermakna atau tidak mempunyai arti jika bersendirian, dari mana?? Maksud dari kata tidak jelas, akan tetapi jika ditambah kata lain seperti مِنْ البَيْتِ (dari rumah), kata menjadi bermakna .
Begitu juga kata في (di dalam), tidak akan bermakna jika tidak ditambah dengan kata yang lainnya. Hal ini berbeda dengan isim dan fi’il yang maknanya bisa kita pahami walaupun tanpa tambahan kata yang lain.
Sehingga, ketika menemukan suatu kata yang maknanya tidak bisa dipahami, maka ketahuilah kata itu merupakan huruf.
Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada yang disebut dengan huruf ma’ani.
1. Huruf mabani (حرف مباني)
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf ا و ي , karena ketiga huruf tersebut dikatakan sebagai huruf ilat (حرف العلة) atau huruf penyakit.
2. Huruf ma’ani (حرف معاني)
Adalah huruf-huruf yang mempunyai arti
Contoh :
أو atau
و dan
ثُمَّ kemudian
اِذَا ketika
ل milik
Jenis-jenis huruf ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a. Huruf jar (حرف جار) yang telah kita bahas pada pelajaran kedua.
b. Huruf qosam (حرف قسم) atau disebut juga huruf sumpah. Huruf qosam ada tiga, yakni و ت ب
Contoh :
وَاللهِ – بِاللهِ – تَاللهِ(demi Allah)
Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf ت hanya boleh digunakan untuk sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.
c. Huruf athof (حرف العطف)
Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata.
Contoh :
و (dan) misal جَاءَ مُحَُّمَدٌ وَ حَسَنَ (Muhammad dan Hasan datang)
أو(atau) misal ضَرَبَ حَسَنٌ كلَْبًا اَوْ قِطًا (Hasan memukul anjing atau kucing)
ثم (kemudian) misal مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ (atas kehendak Allah kemudian kehendakmu)
Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letak dan kedudukan dalam kalimat, seperti huruf و , disisi lain ia bisa sebagai huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat yang digunakan.
Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran berikutnya.
Isim dhomir (اسم ضمير)
Merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
هُوَ (dia 1 org lk) هُمَا (dia 2 org lk) هُمْ (mereka lk) لِلْغَائِبِِ (KG 3 LK)
هِيَ (dia 1 org pr) هُمَا (dia 2 org pr) هُنَّ (mereka pr) لِلْغَائِبَةِ (KG 3 PR)
أَنْتَ (kamu 1 org lk أَنْتُمَا (kamu 2 org lk) أنْتُمْ (kalian lk) لِلْمُخَاطَبِ (KG 2 LK)
أَنْتِ (kamu 1 org pr) أَنْتُمَا (kamu 2 org pr) أَنْتُنَّ (kalian pr)لِلْمُخَاطَبَةِ (KG 2 PR)
أَنَا (saya) نَحْنُ (kami) لِلْمُتَكَلِّمِ (KG1)
Namun, jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya seperti dibawah ini :
ه هُمَا هُمْ لِلْغَائِبِِ
ها هُمَا هُنَّ لِلْغَائِبَةِ
كَ كُمَا كُمْ لِلْمُخَاطَبِ
كِ كُمَا كُنَّ لِلْمُخَاطَبَةِ
ي نا لِلْمُتَكَلِّمِ
Contoh :
رَبُّكَ Tuhanmu
كِتَابِي Kitabku
كِتَابُنَا Kitab Kami
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di akhir khutbah jum’at, hendaknya menggunakan kata نا bukan ي dalam berdoa, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para khotib, seperti membaca doa
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamamu)
Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus dibaca dengan kalimat
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada agamamu)
Soal latihan
Tentukan isim, fi’il dan huruf dari hadist berikut :
رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ يَقُوْمَانِ أَمَامَ الْمَسْجِدِ. ثُمَّ دَخَلَا وَ صَلَّيَا جَالِسَيْنِ. قُلْتُ لَهُمَا بَعْدَ الصَّلَاةِ:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَقَالَ تَعَالَى:إِنّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جُعِلَتْ لِيَ
الْأَرْضُ طَهُوْرًا وَ مَسْجِدًا
Pembahasan mengenai huruf beserta jenis-jenisnya dan isim dhomir
Al-harfu (huruf) adalah kata yang mempunyai makna jika bergandengan dengan kata yang lainnya.
Contoh :
Kata مِنْ (dari) tidak akan bermakna atau tidak mempunyai arti jika bersendirian, dari mana?? Maksud dari kata tidak jelas, akan tetapi jika ditambah kata lain seperti مِنْ البَيْتِ (dari rumah), kata menjadi bermakna .
Begitu juga kata في (di dalam), tidak akan bermakna jika tidak ditambah dengan kata yang lainnya. Hal ini berbeda dengan isim dan fi’il yang maknanya bisa kita pahami walaupun tanpa tambahan kata yang lain.
Sehingga, ketika menemukan suatu kata yang maknanya tidak bisa dipahami, maka ketahuilah kata itu merupakan huruf.
Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut dengan huruf mabani dan ada yang disebut dengan huruf ma’ani.
1. Huruf mabani (حرف مباني)
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf ا و ي , karena ketiga huruf tersebut dikatakan sebagai huruf ilat (حرف العلة) atau huruf penyakit.
2. Huruf ma’ani (حرف معاني)
Adalah huruf-huruf yang mempunyai arti
Contoh :
أو atau
و dan
ثُمَّ kemudian
اِذَا ketika
ل milik
Jenis-jenis huruf ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a. Huruf jar (حرف جار) yang telah kita bahas pada pelajaran kedua.
b. Huruf qosam (حرف قسم) atau disebut juga huruf sumpah. Huruf qosam ada tiga, yakni و ت ب
Contoh :
وَاللهِ – بِاللهِ – تَاللهِ(demi Allah)
Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf ت hanya boleh digunakan untuk sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.
c. Huruf athof (حرف العطف)
Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata.
Contoh :
و (dan) misal جَاءَ مُحَُّمَدٌ وَ حَسَنَ (Muhammad dan Hasan datang)
أو(atau) misal ضَرَبَ حَسَنٌ كلَْبًا اَوْ قِطًا (Hasan memukul anjing atau kucing)
ثم (kemudian) misal مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ (atas kehendak Allah kemudian kehendakmu)
Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letak dan kedudukan dalam kalimat, seperti huruf و , disisi lain ia bisa sebagai huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam. Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat yang digunakan.
Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran berikutnya.
Isim dhomir (اسم ضمير)
Merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:
هُوَ (dia 1 org lk) هُمَا (dia 2 org lk) هُمْ (mereka lk) لِلْغَائِبِِ (KG 3 LK)
هِيَ (dia 1 org pr) هُمَا (dia 2 org pr) هُنَّ (mereka pr) لِلْغَائِبَةِ (KG 3 PR)
أَنْتَ (kamu 1 org lk أَنْتُمَا (kamu 2 org lk) أنْتُمْ (kalian lk) لِلْمُخَاطَبِ (KG 2 LK)
أَنْتِ (kamu 1 org pr) أَنْتُمَا (kamu 2 org pr) أَنْتُنَّ (kalian pr)لِلْمُخَاطَبَةِ (KG 2 PR)
أَنَا (saya) نَحْنُ (kami) لِلْمُتَكَلِّمِ (KG1)
Namun, jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain, maka bentuknya seperti dibawah ini :
ه هُمَا هُمْ لِلْغَائِبِِ
ها هُمَا هُنَّ لِلْغَائِبَةِ
كَ كُمَا كُمْ لِلْمُخَاطَبِ
كِ كُمَا كُنَّ لِلْمُخَاطَبَةِ
ي نا لِلْمُتَكَلِّمِ
Contoh :
رَبُّكَ Tuhanmu
كِتَابِي Kitabku
كِتَابُنَا Kitab Kami
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di akhir khutbah jum’at, hendaknya menggunakan kata نا bukan ي dalam berdoa, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para khotib, seperti membaca doa
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada agamamu)
Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus dibaca dengan kalimat
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْب ثَبِّتْ قُلُوْبَنَا عَلَي الدِّيْنِكَ
(wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada agamamu)
Soal latihan
Tentukan isim, fi’il dan huruf dari hadist berikut :
رَأَيْتُ رَجُلَيْنِ يَقُوْمَانِ أَمَامَ الْمَسْجِدِ. ثُمَّ دَخَلَا وَ صَلَّيَا جَالِسَيْنِ. قُلْتُ لَهُمَا بَعْدَ الصَّلَاةِ:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا. وَقَالَ تَعَالَى:إِنّ
أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ. كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: جُعِلَتْ لِيَ
الْأَرْضُ طَهُوْرًا وَ مَسْجِدًا
NAHWU
pelajaran ketiga.....
Pembahasan mengenai Fi’il dan ciri-cirinya
Fi’il adalah kata yang menunjukkan makna, namun berkaitan dengan waktu.
Contoh :
ضَرَبَ :memukul ذَهَبَ : pergi: أَرْسَلَ : mengutus
خَلَقَ : mencipta قَتَلَ : membunuh شَرِبَ : minum
Dari contoh di atas, Fi’il merupakan kata yang menunjukkan suatu perkerjaan, di dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan kata kerja.
Untuk mengetahui suatu kata adalah Fi’il, dapat diketahui dengan ciri-ciri yang ada pada Fi’il.
Diantaranya :
1. Terletak setelah huruf قَدْ (sungguh)
Contoh :
البقرة 256قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الغَيِّ
Artinya : Sungguh telah jelas antara jalan yang benar dan sesat.
Kata تَبَيَّنَ merupakan Fi’il karena terletak setelah huruf قَدْ
2. Terletak setelah huruf اَلسِِّيْنُ (سَـ.) (akan)
Contoh :
سَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّة (umat ini akan terpecah.)
3. Terletak setelah huruf سَوْفَ (kelak)
Contoh :
التكاثر 3كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ
Artinya : sekali-kali tidak, mereka kelak akan mengetahuinya.
4. Bersambung dengan تَاءُالتَأْنِيْث ِالسَاكِنَةُ (huruf ت sukun yang menunjukkan perempuan)
Contoh :
قَالَتْ عَائِشَةُ (Aisyah berkata)
5. Jika suatu kata diawali oleh huruf ا ن ي ت maka kemungkinan besar
kata tersebut adalah Fi’il
Contoh :
يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ (panas neraka diutus kepada keduanya)
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا (
أَكْتُبُ عَليَ الْمَكْتَبِ (aku menulis di atas meja)
نَضْرِبُ كَلْبًا (kami memukul anjing)
Untuk memperlancar mengetahui Fi’il dari suatu kata, bisa mencoba latihan berikut.
Manakah yang termasuk fi’il dari ayat berikut, beserta tanda-tandanya!!
١. وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَاءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِن لاَيَعْلَمُونَ
٢. أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَـابَ
٣. وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
٤. وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
٥. فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Pembahasan mengenai Fi’il dan ciri-cirinya
Fi’il adalah kata yang menunjukkan makna, namun berkaitan dengan waktu.
Contoh :
ضَرَبَ :memukul ذَهَبَ : pergi: أَرْسَلَ : mengutus
خَلَقَ : mencipta قَتَلَ : membunuh شَرِبَ : minum
Dari contoh di atas, Fi’il merupakan kata yang menunjukkan suatu perkerjaan, di dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan kata kerja.
Untuk mengetahui suatu kata adalah Fi’il, dapat diketahui dengan ciri-ciri yang ada pada Fi’il.
Diantaranya :
1. Terletak setelah huruf قَدْ (sungguh)
Contoh :
البقرة 256قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الغَيِّ
Artinya : Sungguh telah jelas antara jalan yang benar dan sesat.
Kata تَبَيَّنَ merupakan Fi’il karena terletak setelah huruf قَدْ
2. Terletak setelah huruf اَلسِِّيْنُ (سَـ.) (akan)
Contoh :
سَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الْأُمَّة (umat ini akan terpecah.)
3. Terletak setelah huruf سَوْفَ (kelak)
Contoh :
التكاثر 3كَلاَّ سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ
Artinya : sekali-kali tidak, mereka kelak akan mengetahuinya.
4. Bersambung dengan تَاءُالتَأْنِيْث ِالسَاكِنَةُ (huruf ت sukun yang menunjukkan perempuan)
Contoh :
قَالَتْ عَائِشَةُ (Aisyah berkata)
5. Jika suatu kata diawali oleh huruf ا ن ي ت maka kemungkinan besar
kata tersebut adalah Fi’il
Contoh :
يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ (panas neraka diutus kepada keduanya)
تَعْرُجُ الْمَلَائِكَةُ وَ الرُّوْحُ فِيْهَا (
أَكْتُبُ عَليَ الْمَكْتَبِ (aku menulis di atas meja)
نَضْرِبُ كَلْبًا (kami memukul anjing)
Untuk memperlancar mengetahui Fi’il dari suatu kata, bisa mencoba latihan berikut.
Manakah yang termasuk fi’il dari ayat berikut, beserta tanda-tandanya!!
١. وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَاءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِن لاَيَعْلَمُونَ
٢. أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَـابَ
٣. وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
٤. وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
٥. فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
NAHWU
pelajaran kedua....
Kata di dalam bahasa arab terbagi menjadi 3 :
- Isim
- Fi’il
- Huruf
Pada pelajaran kedua ini, kita hanya membahas isim terlebih dahulu.
Pengertian isim
Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu.
Contoh :
دِيْنٌ : agama بَيْتٌ :rumah دَيْنٌ : hutang
قَلَمٌ : pena بَابٌ : pintu شَجَرَةٌ : pohon
Dengan melihat contoh di atas, dapat kita katakan bahwa isim merupakan kata benda menurut bahasa Indonesia.
Di dalam bahasa arab, kita dapat mengetahui suatu kata disebut sebagai isim dengan mengetahui ciri-cirinya.
Diantara ciri-ciri isim adalah
1. Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ) di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.
2. Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
Contoh :
إبراهيم 24ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata bergarisbawah (مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً) di atas merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.
3. Terdapat ال pada awal kata
Contoh :
الحشر 23المَلِكُ القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim, karena bergandengan dengan ال.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan ال, maka isim tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda ال dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu ال saja atau tanwin saja.
4. Terletak setelah huruf jer
Diantara huruf-huruf jer adalah :
(مِنْ – إِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي – رُبَّ – بِـ - كَا – لِـ.. )
من Dari
إلى Ke
عن Dari
على Di atas
في Di dalam
رب Betapa banyak, acapkali
ب Dengan
ك Seperti
ل Milik, Kepunyaan
Contoh :
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak setelah huruf jer.
5. Idhofah (penyandaran) : Jika terdapat dua kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh :
إِنِّيِ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ
كِتَابُ مُحَمَّدٍ
دِيْنُ الإِسْلاَمِ
Kata yang digarisbawah di atas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.
Dari kelima ciri-ciri di atas, diharapkan para pembaca dapat mengetahui suatu isim di dalam al-qur’an atau hadist, karena ketiga jenis kata ini, yakni isim, fi’il dan huruf merupakan hal dasar yang harus dikuasai bagi pembaca, karena kesulitan di dalam membedakan ketiga jenis ini, maka mempelajari bahasa arab menjadi suatu hal yang sangat-sangat sulit.
Soal :
Tentukan isim-isim dari ayat berikut beserta tanda-tandanya!!
١. وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَاءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِن لاَيَعْلَمُونَ
٢. أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَـابَ
٣. وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
٤. وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
٥. فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Kata di dalam bahasa arab terbagi menjadi 3 :
- Isim
- Fi’il
- Huruf
Pada pelajaran kedua ini, kita hanya membahas isim terlebih dahulu.
Pengertian isim
Isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan waktu.
Contoh :
دِيْنٌ : agama بَيْتٌ :rumah دَيْنٌ : hutang
قَلَمٌ : pena بَابٌ : pintu شَجَرَةٌ : pohon
Dengan melihat contoh di atas, dapat kita katakan bahwa isim merupakan kata benda menurut bahasa Indonesia.
Di dalam bahasa arab, kita dapat mengetahui suatu kata disebut sebagai isim dengan mengetahui ciri-cirinya.
Diantara ciri-ciri isim adalah
1. Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai akhiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.
Contoh :
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالإِْسْلاَمِ دِيْنًا
Kata yang di garis bawah (للهِ dan لإِْسْلاَمِ) di atas termasuk isim, dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.
2. Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.
Contoh :
إبراهيم 24ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً
Kata bergarisbawah (مَثَلاً كَلِمَةً طَيِِّبَةً) di atas merupakan isim, terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.
3. Terdapat ال pada awal kata
Contoh :
الحشر 23المَلِكُ القُدُّوْسُ السَّلاَمُ
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan isim, karena bergandengan dengan ال.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan ال, maka isim tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga isim tidak boleh kemasukan tanda ال dan tanwin pada satu kata, namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas, baik itu ال saja atau tanwin saja.
4. Terletak setelah huruf jer
Diantara huruf-huruf jer adalah :
(مِنْ – إِلَى – عَنْ – عَلَى – فِي – رُبَّ – بِـ - كَا – لِـ.. )
من Dari
إلى Ke
عن Dari
على Di atas
في Di dalam
رب Betapa banyak, acapkali
ب Dengan
ك Seperti
ل Milik, Kepunyaan
Contoh :
فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ
Dari contoh di atas, kata بَيْتٍ dan بُيُوْتِ , termasuk isim karena terletak setelah huruf jer.
5. Idhofah (penyandaran) : Jika terdapat dua kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai akhiran kasroh, maka kedua kata tersebut kemungkinan besar adalah isim.
Contoh :
إِنِّيِ رَسُوْلُ اللهِ إِلَيْكُمْ
كِتَابُ مُحَمَّدٍ
دِيْنُ الإِسْلاَمِ
Kata yang digarisbawah di atas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.
Dari kelima ciri-ciri di atas, diharapkan para pembaca dapat mengetahui suatu isim di dalam al-qur’an atau hadist, karena ketiga jenis kata ini, yakni isim, fi’il dan huruf merupakan hal dasar yang harus dikuasai bagi pembaca, karena kesulitan di dalam membedakan ketiga jenis ini, maka mempelajari bahasa arab menjadi suatu hal yang sangat-sangat sulit.
Soal :
Tentukan isim-isim dari ayat berikut beserta tanda-tandanya!!
١. وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ ءَامِنُوا كَمَا ءَامَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَاءَامَنَ السُّفَهَاءُ أَلاَ إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِن لاَيَعْلَمُونَ
٢. أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَـابَ
٣. وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَتُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
٤. وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
٥. فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
NAHWU
Pelajaran pertama....
Di dalam bahasa arab, ada istilah yang disebut dengan nahwu dan shorof.
Yang dimaksud dengan ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaedah-kaedah mengenai perubahan keadaan suatu kata, dimana biasanya perubahan ini bisa berupa harokat akhir suatu kata atau bentuk akhir dari suatu kata.
Contoh Perubahan harokat akhir suatu kata :
جَاءَ رَجُلٌ Seorang laki-laki datang
رَأَيْتُ رَجُلاً Aku melihat seorang laki-laki
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ Aku bertemu dengan seorang laki-laki
Dari contoh di atas, terlihat perubahan harokat akhir huruf ر dimana perubahan ini tergantung dari susunan atau keadaan kata pada kalimat.
Contoh perubahan bentuk akhir suatu kata:
جَاءَ الْمُسْلِمُوْنَ Para kaum muslimin datang
رَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ Aku melihat para kaum muslimin
مَرَرْتُ بِالْكَافِرَيْنِ Aku berpapasan dengan 2 orang kafir
Dari contoh di atas, terjadi perubahan bentuk الْمُسْلِمُوْنَ menjadi الْمُسْلِمِيْنَ , yang disebabkan susunan atau letak dari kata tersebut di dalam kalimat. Sehingga ilmu yang mempelajari perubahan harokat akhir suatu kata atau bentuk akhir kata inilah yang disebut dengan ilmu nahwu
.
Adapun yang dimaksud dengan ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari kaedah-kaedah perubahan kata, dimana dengan berubahnya kata menjadikan perubahan pada artinya.
Contoh :
نَصَرَ Telah menolong (kata kerja)
يَنْصُرُ Sedang menolong (kata kerja)
نَاصِرٌ Orang yang menolong (Subjek)
مَنْصُوْرٌ Orang yang ditolong (Objek)
Dari contoh di atas, terlihat perbedaan dari ilmu nahwu dan ilmu shorof, jika kita ringkas maka ilmu nahwu adalah ilmu mengenai suatu kata ketika telah masuk kalimat bisa berupa keadaan kata sebagai subjek, objek dll, adapun ilmu shorof adalah ilmu mengenai suatu kata sebelum masuk kalimat yang meliputi perubahan bentuk katanya.
Dalam group ini, kita akan mencoba menerangkan tentang kedua ilmu tersebut secara berkesinambungan dan juga dengan pembahasan yang mudah dipahami. Semoga dengan adanya group ini, kecintaan kita kepada islam terkhusus kepada al-qur’an menjadi lebih bertambah serta menjadi motivasi untuk lebih memperdalam agama islam.
Di dalam bahasa arab, ada istilah yang disebut dengan nahwu dan shorof.
Yang dimaksud dengan ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari kaedah-kaedah mengenai perubahan keadaan suatu kata, dimana biasanya perubahan ini bisa berupa harokat akhir suatu kata atau bentuk akhir dari suatu kata.
Contoh Perubahan harokat akhir suatu kata :
جَاءَ رَجُلٌ Seorang laki-laki datang
رَأَيْتُ رَجُلاً Aku melihat seorang laki-laki
مَرَرْتُ بِرَجُلٍ Aku bertemu dengan seorang laki-laki
Dari contoh di atas, terlihat perubahan harokat akhir huruf ر dimana perubahan ini tergantung dari susunan atau keadaan kata pada kalimat.
Contoh perubahan bentuk akhir suatu kata:
جَاءَ الْمُسْلِمُوْنَ Para kaum muslimin datang
رَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ Aku melihat para kaum muslimin
مَرَرْتُ بِالْكَافِرَيْنِ Aku berpapasan dengan 2 orang kafir
Dari contoh di atas, terjadi perubahan bentuk الْمُسْلِمُوْنَ menjadi الْمُسْلِمِيْنَ , yang disebabkan susunan atau letak dari kata tersebut di dalam kalimat. Sehingga ilmu yang mempelajari perubahan harokat akhir suatu kata atau bentuk akhir kata inilah yang disebut dengan ilmu nahwu
.
Adapun yang dimaksud dengan ilmu shorof adalah ilmu yang mempelajari kaedah-kaedah perubahan kata, dimana dengan berubahnya kata menjadikan perubahan pada artinya.
Contoh :
نَصَرَ Telah menolong (kata kerja)
يَنْصُرُ Sedang menolong (kata kerja)
نَاصِرٌ Orang yang menolong (Subjek)
مَنْصُوْرٌ Orang yang ditolong (Objek)
Dari contoh di atas, terlihat perbedaan dari ilmu nahwu dan ilmu shorof, jika kita ringkas maka ilmu nahwu adalah ilmu mengenai suatu kata ketika telah masuk kalimat bisa berupa keadaan kata sebagai subjek, objek dll, adapun ilmu shorof adalah ilmu mengenai suatu kata sebelum masuk kalimat yang meliputi perubahan bentuk katanya.
Dalam group ini, kita akan mencoba menerangkan tentang kedua ilmu tersebut secara berkesinambungan dan juga dengan pembahasan yang mudah dipahami. Semoga dengan adanya group ini, kecintaan kita kepada islam terkhusus kepada al-qur’an menjadi lebih bertambah serta menjadi motivasi untuk lebih memperdalam agama islam.
Langganan:
Postingan (Atom)
Mengenai Saya

- santri
- santri yang sedang berusaha mencari ilmu sebnyak-banyaknya untuk di amlkan di kalanganya